Hai! Jumpa lagi di sini. Jumat, 20 Februari 2015 lalu, kami
mengadakan bincang santai bersama penulis. Kali ini giliran Ghyna Amanda. Tahu kan,
dia penulis beberapa novel yang
diantaranya adalah: Haru no Tabi, Heartsease, Matryoshka: Kapan Kau kembali,
Yulya?, Nias: Penyelamat Berkalung
Matahari. Yang terbaru adalah Hikikomori Chan, dan jika ingin tahu
lebih banyak tentang si kakak yang imut bin tsakep ini bisa di-stalk karya-karyanya di sini.
Nah, yuk, mari simak cuplikan obrolan kami dengannya.
Mbak, gimana sih cara buat prolog atau paragraf-paragraf
pembuka bab yang menarik?
Hoo oke... yang pertama ya, cara buat prolog (pembuka) yang
menarik. Saya sendiri sebenernya nggak punya cara khusus, tapi mungkin kalau
saya selalu membuat pembuka yang minimal bisa bikin saya nyaman buat memulai
sebuah cerita. Buat saya yang paling penting gimana kita nyaman dulu, nah...
habis itu bagaimana bikin jadi menarik. Pertama kita bisa munculin masalah
utama di pembuka cerita kita, jadi langsung ke klimaks setelah itu kembali ke
awal cerita. Biasalah ini cara buat mancing rasa penasaran.Tapi kadang susah
juga kalau pake cara itu... ya udah, setidaknya di prolog atau pembuka cerita,
kita sisipin apa sih yang jadi masalah utama dari tokoh utama di cerita itu. Saya
sendiri selalu beranggapan kalau masalah dari sebuah cerita setidaknya udah
diketahui dari 1-3 bab pertama... istilahnya jangan ngelantur terlalu banyak ^^
ya. Oke, mungkin yang pertama itu, ya.
Jika menulis sebaiknya fokus di satu genre atau ke genre
apa pun?
Hmm, tergantung, sih. Tapi kalau saya sendiri tipe yang
nggak betah buat fokus di satu genre. Tiap penulis pasti punya tujuan menulis
yang berbeda, nah sebaiknya disesuaikan saja dengan visi menulisnya ingin apa,
sih? Kalau ingin (misalnya) jadi pejuang cinta, mungkin bisa fokus di genre
romance saja dan mengaji berbagai sisi romansa buat ceritanya. Sementara
mungkin ada juga yang tipe kayak saya, yang sukanya tantangan... jadi semua
genre ingin dicoba.
Adakah semacam rumus untuk bikin plot bagus?
Saya yakin nggak ada ya karena making story not science,
maksudnya kita menulis itu kayak bikin karya seni, bukan hitungan pasti. Tapi
ada cara buat bikin plot yang menarik dan nggak terkesan mainstream...
Pertama open mind, ada banyak hal yang nggak semua orang
tahu, tapi mungkin bisa kita tahu. Intinya perluas wawasan, temukan hal menarik
dari hal-hal lain yang mungkin sebelumnya nggak menarik.
Kedua creative, bikin sesuatu yang berbeda. Jangan mau sama.
Kalau ada yang udah bikin cerita A, bukan berarti kita nggak boleh bikin cerita
yang sama, tapi coba kembangin dengan kreativitas. Kalau kata orang sih: steal
like an artist.
Ketiga konsisten. Ini kunci penting buat menulis apapun.
Konsisten sama prinsip kita, konsisten sama kreativitas kita, dan pede aja.
Penulis favorit saya itu Jodie Picoult, tapi saya banyak
terinspirasi dari karya mangaka bernama Yumeka Sumomo/Sahara Mizu dan Clamp.
Bagaimana proses belajar Teh Ghyna dari nol sampai seperti
sekarang? Mungkin bisa saya contoh, agar bisa menjadi penulis produktif.
Saya sendiri lupa, tapi pastinya dimulai dari kesukaan
membaca ya, terus punya keinginan buat menulis sesuatu yang seperti itu (yang
dibaca). Naskah pertama yang saya tulis itu kena banyak pengaruh dari novel-novel
yang saya baca sebelumnya. Sayang di situ saya masih meniru, tapi dari situ
saya belajar nulis dan ngembangin cerita juga.
Sekarang juga saya masih suka membaca buat cari inspirasi
entah gaya tulisan atau gaya cerita. Tapi yang saya contoh sekarang cuma
sekadar konsepnya aja, selanjutnya biar kreativitas yang bekerja. Tips buat
penulis pemula... jangan bosan menulis, jangan bosan membaca. Lebih penting,
jangan berhenti dan konsisten. Apapun cerita yang kita tulis, coba selesaikan.
Apa yang membuat anda memutuskan menjadi penulis? Kalau
anda lebih suka menulis yang sesuai selera hati apa mengikuti trend pasar?
Wah... yang
memutuskan saya untuk menjadi seorang penulis sebenarnya karena saya nggak
sanggup buat jadi komikus, haha ^^ . Menulis memang tidak jadi lebih mudah
kalau dibandingkan menggambar, tapi mungkin membuat saya lebih nyaman ketika
mengeksplorasi universe dalam dunia tulisan saya.
Yang kedua, saya sebenarnya lebih suka menulis sesuai
keinginan aja. I write what I want to write. Makanya saya juga lebih suka nulis
lintas genre karena nulisnya suka-suka lagi ingin nulis apa.
Bagaimana proses menemukan ide untuk novel Nias? Bagaimana
riset dan berapa lama pembuatannya?
Soal novel Nias, ya... idenya dari peristiwa gempa Nias
tahun 2005, selebihnya di novel itu saya ingin ngangkat tema family romance
dengan masukin tokoh-tokoh yang unik ^^. Riset novel Nias sendiri cukup lama,
ya... sekitar 2 bulan karena saya sendiri belum perna ke sana dan nggak tau
apa-apa juga soal Nias.
Proses risetnya sederhana, sih... kebanyakan baca dari
internet soal budaya Nias, apa aja yang menarik di sana, ada juga beberapa
literarur cerita daerah, sama yang paling penting sih saya baca juga blog2
traveler yang berkunjung ke Nias. Habis semuanya lengkap, baru deh ditulis.
Kapan biasanya bikin prolog? Sebelum seluruh cerita jadi,
di tengah2 atau setelah semua bab selesai?
Kalau soal kapan bikin prolog... biasanya sih dari awal
kalau udah niat bikin prolog jadi dibikin duluan. Tapi kadang ada naskah yang
prolognya baru dirasa perlu ada pas naskahnya udah jadi. Makanya nggak tentu
juga.
Teh Ghyn, apa ada hubungannya antara kejombloan dan produktivitasmu? - pertanyaan titipan dari mamang somay.
Teh Ghyn, apa ada hubungannya antara kejombloan dan produktivitasmu? - pertanyaan titipan dari mamang somay.
Kalau kejombloan nggak ada, Kang Reza (Reza Nufa, red. KF10)... tapi kalau kegalauan ada.
Mbak Ghyna paling suka banget baca novel genre apa? Sama
sekarang kesibukannya apa aja selain bikin nulis dan bikin novel?
Saya suka novel genre family-romance... kayak buku-bukunya
Jodie Picoult. Kalau sekarang kesibukannya ngantor, masih nulis juga sih di kantor, cuma bukan bikin novel hehe.
Teh, boleh tahu gak satu buku terbaik yang pernah kamu
baca?
Wah... apa ya... buku fiksi, kan? Ada banyak sih. Rata-rata
bukunya Jodie Picoult. Kayak Perfect
Match atau Handle with Care. Tapi buku yang bikin mindblowing itu Norwegian
Wood-nya Haruki Murakami, not the best tapi saya ngerasa wow sama buku ini.
Dari sekian banyak buku yang Teh Ghyna tulis, rata-rata berapa
lama waktunya?
Rata-rata 2-3 minggu,
tapi kadang kalau mager banget bisa berbulan2. Paling lama... 2 bulan. Jadi,
2-3 minggu itu draft kasar, belum editing.
Dan full nulis doang, nggak sama riset dan galauin plot. Kalau dihitung
sama galaunya bisa berbulan2 mungkin ya...
Selama 2-3 minggu itu tiap hari dan ada jadwalnya. Jadi misalnya target sehari nulis 5 halaman
(apapun yang terjadi). Tapi kadang ngga nyampe 5, cuma 3 misalnya... nah yang 2
lagi jadiin utang buat dibayar besoknya. Kayak gitu sih kalau saya. Disiplin
dan konsisten.
Dari satu buku ke buku yang lain ada jeda nggak? Apa
begitu selesai satu buku langsung nulis buku baru?
Pasti ada jeda kok, 1-2 bulan jedanya (kalau lagi rajin)
atau berbulan-bulan (kalau lagi males)
Kak, ajarin mantra supaya bisa konsisten menulis dong?
Haha mantra... kalau mantra saya nggak tau, tapi kalau usaha
ada... jangan berhenti menulis. Kan seperti dendam dan rindu, target
nulis harus dibayar tuntas.
Ada hukuman atau hadiah bagi diri sendiri?
Ada... kalau saya reward buat diri sendiri misalnya boleh
beli cheesecake cizz atau beli es krim. Kalau hukuman nggak boleh baca komik
sampai naskah selesai... yang sederhana gitu.
Bagi tips bikin/nyari judul yang caem, Senpay…
Wah, saya sebenernya tipe orang yang sense of name-nya buruk
banget... kalau nyari judul biasanya nggak mau susah. Biasanya sih nyari satu kata yang paling cocok sama naskahnya.
Udah gitu aja huhu...
Kebanyakan judul
novel saya kan cuma 1 kata, kayak Hikikomori-chan diambil karena ceritanya soal cewek Hikikomori. Yah,
sesederhana itu.
Teh, dengan prestasi seperti sekarang, pernah ada niat
gak buat bikin suatu wadah kepenulisan untuk berbagi ilmu, atau semacamnya?
Wah ingin sih... tapi
mungkin dengan cara yang berbeda, cuma masih ngulik gimana enaknya... jadi
sekarang cuma bisa bantu2 (kalau bisa).
Pernah ada distraction dalam menulis. Semacam game?
Haha pasti dong... distraksi saya itu komik, anime, drama
series, game (terutama), sama ajakan jalan-jalan. Saya suka All CLAMP universe, tapi sekarang lagi
suka Digimon #eah. Ngilangin distraksi
harus fokus, tapi paling utama sih matiin koneksi internet.
Bisa diceritain rutinitasnya dlm menulis? Jadwal khusus
misalnya?
Kalau dulu pas lagi nganggur... biasanya sebelum nulis saya
baca buku dulu satu jam-an. Terus ada
jadwal nulis siang dan malam. Siang dari jam 1-4, malam jam 8-11. Tapi setelah
ngantor cuma bisa jam malam aja... baca bukunya kl senggang di kantor.
Pernah terima surat penolakan dari redaksi? Udah berapa kali,
Teh?
Pernah... sebenernya kalau penolakan langsung udah tiga kali
tapi kalau kalah lomba (karena kebanyakan ikut lomba) mungkin belasan ^^.
Kalau baca sebelum nulis, apa yang kita baca ndak takut
berpengaruh ke yang mau ditulis teh?
Sebenernua iya pasti berpengaruh sih, tapi kata saya tadi
steal like an artist... kita tiru gayanya dan coba dikembangkan dengan cara
kita. Kadang saya sih baca dulu buku buat mancing feel nulis itu sendiri.
Teteh menulis sejak kapan?
Hm... saya nulis sejak umur 9 tahun ^^ tapi bukan tulisa
serius, cuma cerpen2 ala majalah bobo
Apa Teteh menggunakan musik saat menulis?
Oh musik manjur banget... Sampai sekarang musik selalu jadi
moodbooster pas nulis
Oke, Teh, Mbak, Kak Ghyna Amanda, terimakasih ya atas
bagi ilmunya. Semoga tambah sukses!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar